Nyala iman yang berkobar di kedalaman jiwaku
bukan untuk membakar dan mengkaparkan iblis
melainkan untuk aku jadikan semacam suar
yang akan memanduku keluar dari perangkapnya
yang akan membantuku menghindar dari muslihatnya.
atau akan aku jadikan semacam lentera
untuk menerangi jalanku, mengantar sebentuk ikhlas menujuMu.
Sabtu, 21 Januari 2012
Sajak Tuhan Kita
Kepada tuhan-tuhanmu kukirim kata
kata yang paling keparat
tentang janji-janjinya yang amat dusta
tentang bujuk rayunya yang amat nista
Kepada botol-botol alkohol
yang menjanjikan mimpi paling tolol
Kepada butir-butir ekstasi
yang menjanjikan mimpi paling sunyi
Kepada lembaran kartu dan butiran dadu
yang menjanjikan mimpi paling beku
Kepada digit-digit rupiah
yang menjanjikan mimpi paling resahKepada kelamin-kelamin binal
yang menjanjikan mimpi paling sundal
Aku hujani tuhan-tuhanmu dengan caci
dengan maki dengan kebencian paling nisbi
kerna sejujurnya aku
pun sempat memujanya.
kata yang paling keparat
tentang janji-janjinya yang amat dusta
tentang bujuk rayunya yang amat nista
Kepada botol-botol alkohol
yang menjanjikan mimpi paling tolol
Kepada butir-butir ekstasi
yang menjanjikan mimpi paling sunyi
Kepada lembaran kartu dan butiran dadu
yang menjanjikan mimpi paling beku
Kepada digit-digit rupiah
yang menjanjikan mimpi paling resahKepada kelamin-kelamin binal
yang menjanjikan mimpi paling sundal
Aku hujani tuhan-tuhanmu dengan caci
dengan maki dengan kebencian paling nisbi
kerna sejujurnya aku
pun sempat memujanya.
Percakapan Dengan Nenenda
Menghikmatimu adalah membaca garis-garis masa lalu
di kerut keriput wajah senjamu yang temaram. Dan tubuhmu yang semakin kuyu
penanda kerentaan yang tak mungkin disembunyikan
di balik etalase megah gedung-gedungmu
atau sebalik isi kebunmu yang satu demi satu
dicuri tetangga di depan matamu yang rabun
bahkan untuk menangkap binar cinta dan kerinduan anak cucumu sekalipun.
Engkau terlalu lelah setelah berjalan begitu jauh,
melewati ribuan atau bahkan mungkin jutaan sejarah
menemui berbhineka wajah dengan rona dan wataknya
mengikuti berbagai pesta dengan segala keriuhannya
dan menghabiskan terlampau banyak warisan.
Padahal masih ada sekian hampar masa menantimu dan anak cucumu.
Tapi kau masih juga bergeming dengan kebaya kumalmu
debu-debu yang mengerak, nganga luka-luka, dan memar membiru
telah menjadi tattoo permanent yang tak mungkin hapus dari kulit kisutmu.
Bahkan dengan berendam beribu jam di selaut airmata sekalipun.
Kau pun sudah tak lagi peduli dengan isi kepala dan
rambut gimbalmu yang semakin rontok kerna sekian lama tak tersentuh shampoo.
Keluarga kutu yang semula hidup damai di sana semakin tersingkir dan tercerai berai,
akibat eksodus semut cacing ulat kecoa tikus anjing ular buaya monyet malaysia
china jepang india inggris prancis jerman italia amerika.
Menyaksikanmu menangis tanpa airmata di setiap pergantian tahun
bahkan purnama pun enggan pamerkan senyum termahalnya
yang malah ia sembunyikan sebalik jas umbra yang pekat
dan anak cucumu, dengan sisa-sisa semangatnya,
bergerak serentak membuka mulut mereka
melantunkan lagu-lagu puja untuk kesembuhanmu.
Tidak
Bukan mantera
melainkan asa serupa mimpi yang tak terbeli.
di kerut keriput wajah senjamu yang temaram. Dan tubuhmu yang semakin kuyu
penanda kerentaan yang tak mungkin disembunyikan
di balik etalase megah gedung-gedungmu
atau sebalik isi kebunmu yang satu demi satu
dicuri tetangga di depan matamu yang rabun
bahkan untuk menangkap binar cinta dan kerinduan anak cucumu sekalipun.
Engkau terlalu lelah setelah berjalan begitu jauh,
melewati ribuan atau bahkan mungkin jutaan sejarah
menemui berbhineka wajah dengan rona dan wataknya
mengikuti berbagai pesta dengan segala keriuhannya
dan menghabiskan terlampau banyak warisan.
Padahal masih ada sekian hampar masa menantimu dan anak cucumu.
Tapi kau masih juga bergeming dengan kebaya kumalmu
debu-debu yang mengerak, nganga luka-luka, dan memar membiru
telah menjadi tattoo permanent yang tak mungkin hapus dari kulit kisutmu.
Bahkan dengan berendam beribu jam di selaut airmata sekalipun.
Kau pun sudah tak lagi peduli dengan isi kepala dan
rambut gimbalmu yang semakin rontok kerna sekian lama tak tersentuh shampoo.
Keluarga kutu yang semula hidup damai di sana semakin tersingkir dan tercerai berai,
akibat eksodus semut cacing ulat kecoa tikus anjing ular buaya monyet malaysia
china jepang india inggris prancis jerman italia amerika.
Menyaksikanmu menangis tanpa airmata di setiap pergantian tahun
bahkan purnama pun enggan pamerkan senyum termahalnya
yang malah ia sembunyikan sebalik jas umbra yang pekat
dan anak cucumu, dengan sisa-sisa semangatnya,
bergerak serentak membuka mulut mereka
melantunkan lagu-lagu puja untuk kesembuhanmu.
Tidak
Bukan mantera
melainkan asa serupa mimpi yang tak terbeli.
Hitam
Jika matahari tak mampu menguasai siang,
Siapa lagi yang akan memberi terang.
Purnama hanya datang sekali dalam sebulan.
Sedang kunang-kunang hanya makhluk kecil,
Tak kuasa siangkan malam.
Haruskah dian di beranda menyala selamanya
Atau siang akan berselimut hitam.
Sementara ladang dan sawah menanti dibajak,
Sapisapi gelisah minta diperah,
Dan anak-anak ingin pergi sekolah
Siapa lagi yang akan memberi terang.
Purnama hanya datang sekali dalam sebulan.
Sedang kunang-kunang hanya makhluk kecil,
Tak kuasa siangkan malam.
Haruskah dian di beranda menyala selamanya
Atau siang akan berselimut hitam.
Sementara ladang dan sawah menanti dibajak,
Sapisapi gelisah minta diperah,
Dan anak-anak ingin pergi sekolah
Satu Januari
: Isteriku
sunyi. pagi selayak mati
orang-orang masih lelap memeluk kenangan
selepas semalaman mencumbui terompet
dan menikmati erotisme kembang api
sedang kau begitu tergesa (atau bersemangat ?)
bergegas menjemur mimpi yang pasi di hangat matari yang baru
berharap hujan memberi sedikit waktu kali ini
hingga mimpimu menjelma pelangi
di rumah, anakmu dengan jenaka menata tawa
untuk menghapus jejak lelah di kepulanganmu
senja nanti
sunyi. pagi selayak mati
orang-orang masih lelap memeluk kenangan
selepas semalaman mencumbui terompet
dan menikmati erotisme kembang api
sedang kau begitu tergesa (atau bersemangat ?)
bergegas menjemur mimpi yang pasi di hangat matari yang baru
berharap hujan memberi sedikit waktu kali ini
hingga mimpimu menjelma pelangi
di rumah, anakmu dengan jenaka menata tawa
untuk menghapus jejak lelah di kepulanganmu
senja nanti
Langganan:
Postingan (Atom)
Tulisan Petingan
-
sajak-sajak balatak hirup angger balangsak tunggara teu bēak-bēak beurang peuting rambisak lambaran harepan rangsak impian bēak disasaa...
-
“Lawas teu tepang, ieu kasono meni moho. Ka mana baē atuh Jungjunan tēh ?”, ceuk hiji SMS. Duka ti saha, da teu wawuh nomerna gē. Teu hayang...
-
Samangkok cipanon hiji indung ngamandian anakna nu perlaya na tungtung kabingung basa ngadagangkeun botol-botol nasib di peuntaseun kara...
-
"Kaharti ayeuna mah. Paingan atuh harita loba nu datang ka dēwēk. Pasubuh-subuh. Parēbo-rēbo. Padeuheus-deuheus. Miharep sih piwelas dē...
-
Kepada perempuan tua di tengah samudera : “Engkau lahirkanku, untuk menjadi suamimu” Senja menjelang Engkau masih telanjang Di ranjang T...